ANALISIS SEMIOTIKA
ANGKA PENCALONAN CAPRES
JOKOWI BAGI BANGSA INDONESIA
Oleh: Qitri
Center
Turiman
Fachturahman Nur
Mendeklarasikan diri sebagai
presiden di rumah Si Pitung, Marunda, Jakarta Utara, pukul 14.45, Jumat 14
Maret 2014. Deklarasi ini sendiri dikatakannya langsung di hadapan sejumlah
masyarakat. Tidak ada satupun petinggi PDIP
yang hadir
Memahami makna tersirat dan tersurat
pencalonan Jokowi menjadi capres,
yakni pada hari Jumat pukul 14, 45 pada tanggal 14 -03-2014 bertempat di rumah Pitung Jakarta Utara secara spiritual sesungguhnya sebuah early warning bagi bangsa Indonesia dan
merupakan sindiran Allah kepada bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam.
Mari kita eksplorasi, karena yang
terjadi adalah tidak serbaa kebetulan,
tetapi terukur , data untuk analisisnya adalah sebagai berikut:
14-03-2014 pukul 14: 45 angka ini berkaitan dengan simbol angka –angka berikut
ini: 14, 3, 2014, 14, 45
Jika kita jumlahkan 14 + 3+ 2014 + 14+45= 2090 jika kita
pampatkan 2+0+9+0= 11, 14 = 1+4= 5, 3, 2014=2+0+1+4=
7, 14 =1 + 4 = 5,45 = 4 + 5
= 9, Akumulasi
5 + 3 + 7 + 5 + 9 = 29
Hasilnya 11 + 29 = 40 = 4 +0 = 4 bukankah Nomor Partai PDIP nomor urut 4. Angka empat menjadi sangat identik dalam pencalonan Gubernur DKI Joko Widodo sebagai presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tentu ini
memiliki makna, apa itu masih menjadi tanda tanya.Jika dilihat bisa jadi ini berkaitan
dengan nomor urut Partai Banteng Putih sebagai peserta pemilu nomor empat. Atau
mungkin serba empat akan membawa peruntungan di tahun 2014. Jokowi resmi
mendeklarasikan diri sebagai presiden di rumah Si Pitung, Marunda, Jakarta
Utara, pukul 14.45, Jumat 14 Maret 2014. Deklarasi ini sendiri dikatakannya
langsung di hadapan sejumlah masyarakat. Tidak ada satupun petinggi PDIP yang hadir.Lalu apa lagi yang serba empat? Ketua
DPP PDIP Puan Maharani berteriak 'merdeka' sebelum dan sesudah
membacakan perintah harian berupa tiga mandat Megawati untuk pencapresan Jokowi. Lagi-lagi kata 'merdeka' dalam catatan merdeka.com
diucapkan empat kali.Lalu PDIP juga telah mengeluarkan logo yang akan dipakai
untuk mengampanyekan Jokowi sebagai Capres. Logo tersebut berbentuk
seperti lingkaran dengan latar warna merah dan muka Jokowi berwarna hitam putih. Di logo tersebut
bertuliskan JKW4P yang kepanjangan dari Joko Widodo for Presiden. Lagi-lagi angka empat.
Namun jika dilihat dari
angka tanggal 14, bulan 3, Tahun 2014, 14 adalah dalam struktur surah dalam Al –Quran
adalah Surah Ibrahm sebuah simbol Nabi
yang dakwahnya dengan rasional , 3
adalah surah Al Imran (keluarga Imran) dan 2014 jika dipampatkan 2 + 0+1+4= 9
adalah surah Ataubah (pertobatan).
Mari kita surah
14 ayat 3 dan ayat 9 isinya adalah peringatan dini bagi bangsa
Indonesia, yakni : “14 ayat 3 : yaitu orang-orang yang lebih menyukai
kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat dan menghalangi manusia dari jalan
Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok.Mereka itu berada dalam
kesesatan yang jauh” Ayat 3 surah 14 (Ibrahim) ini diawali dengan pernyataan
pada ayat 2 nya yang menyatakan, bahwa Allah yang memiliki segala apa yang
dilangit dan di bumi. Celakahlah bagi
orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. 14 ayat 9 : Belum sampaikah
kepadamu berita orang-orang sebelum kamu yaoityu kaum Nuh, Aad, Tsamud dan
orang-orang yang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui selain Allah. Allah
telah datang rasul-rasul kepada mereka
membawa bukti nyata lalu mereka menutup tangannya kemulut mereka, karena
kebencian, dan berkata “Sesungguhnya kami mengikari apa yang kamu disuruh
menyampaikan dan benar-benar dalam keraguan-raguan apa yang kami ajak kepadanya”
Coba sekarang kita kaitkan
dengan angka pukul pernyataan Jokowi menyatakan kepada publik, yakni pukul 14 :
45 , mari kita bukan surah 14 ayat 45 : dan kamu telah berdiam ditempat-tempat
kediaman orang-orang yang menaniaya diri merka sendiri dan nyatalah bagimu
bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu
beberapa perumpamaan”
Jika kita renungkan subtansi
dari Firman Allah pada ayat-ayat di atas adalah sebuah early warning bagi
bangsa Indonesia tentang gambaran bagaimana manusia menentang hukum Allah. Sebelum PILPRES berlangsung sebenarnya bangsa
Indonesia sudah berkali–kali diberikan peringatan oleh Allah, maka Allah kirim
seorang hamba Allah bernama Jokowi sebagai sebuah perumpamaan manusia yang
tulus dengan mengucap basmalah dan mencium bendera merah putih, di rumah
seorang hamba allah bernama si Pitung, sebenarnya sebuah peringatan dini bagi
bangsa Indonesia yang didalam mitologi bangsa ini adalah sebuah lelakon “PITRUK JADI RATU” yang sebenarnya jauh hari
sudah digambarkan dengan gambar awan panas pada gunung merapi di jawa tengah.
Bagi orang-orang yang tajam penglihatannya ini
adalah sebuah Goro-Goro akan terjadi sesuatu bagi bangsa Indonesia dan menjadi
pelajaran termahal bagi bangsa Indonesia yakni datangnya sebuah zaman ketika
banyak umat manusia melawan dan menentang hukum Allah.
Renungkanlah early warning
Allah kepada sebuah bangsa dan negara yang didalamnya terjadi “kezaliman”. Imam Al Ghazali dan ia
menyatakan dalam sebuah proposisinya,"Ketahuilah!
Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Kuasa sewaktu menjadi manusia, menghormati dan
melebihkan dari segala makluk lainnya, diwujudkan-Nya manusia itu saling tolong
menolong, berpegangan dan saling memelihara, karena penghidupan mereka tidaklah
sempurna kecuali satu sama lain, saling menolong, membantu
menguatkan"
Teori itu didasari dengan
sebuah alasan yang kuat dibangun atas dasar proposisi Ilahiah yang mendasari
teori "saling bergantung" : "Dan kamu harus saling membantu
atas perbuatan kebajikan dan taqwa dan janganlah bantu membantu (memberikan
bantuan) atas perbuatan yang salah dan permusuhan"
Tuhan menyuruh manusia
supaya saling membantu atas kebajikan dalam rangka ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena ada sifat bergantung antara satu dengan yang lain diantara
manusia, dan sebaliknya dilarangnya bantu membantu atas kejahatan dan
permusuhan, karena keduanya itu merusak semangat saling bergantung itu.
Semangat saling membantu
yang diperintahkan Tuhan di atas menumbuhkan jiwa persatuan untuk
berkerjasama dan tanggung jawab bersama atas segala tindakan yang diambil,
karena sesungguhnya rakyat sebuah negara itu adalah terdiri dari manusia
yang dinamis "Manusia adalah bagaikan gigi-gigi sisir dalam persamaan (dan
saling butuh membutuhkan) (Al Hadist) dan manusia diperintah untuk menegakan
kebenaran dan keadilan. "Sesungguhnya Allah telah menyuruhmu
untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Dan bila kamu
menetapkan hukum antara manusia, maka
penetapan hukum itu hendaklah adil,
bahwa dengan itu Allah telah
memberikan pengajaran sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar dan Melihat, Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu
berdiri tegak di atas kebenaran yang adil
semata-mata karena Allah dalam memberikan kesaksian, dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum sampai mempengaruhi dirimu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adilah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Karena itu
bertaqwalah kamu kepada Allah ! Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Esensi dari teori itu adalah
persatuan dalam keragaman dan sekaligus keragaman dalam persatuan,
"Katakanlah ! wahai para pemeluk segala agama yang mempunyai kitab!
Marilah kita tegak bersama-sama mendirikan kalimah yang sama diantara kami dan
kamu, ialah (mempertahankan pendirian) bahwa kita tidak menyembah melainkan
akan Tuhan Yang Maha Esa dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun, tidak
pula kita mengambil sebahagian akan sebahagian yang lainnya menjadi orang-orang
sembahan yang lain dari Allah. Maka jikalau kamu menolak akan kerjasama itu,
maka ucapkanlah (pengakuan) bahwa kamu bersedia menjadi saksi (dihadapan Tuhan)
bahwa kami adalah orang-orang Islam yang tulus.
Jadi tidak mungkin Tuhannya manusia itu lebih
dari satu, tetapi hanya satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa apapun sebutannya
untuk menyebut Tuhan Yang Maha Esa oleh umat manusia berdasarkan keyakinannya
masing-masing yang pasti hanya ada satu Tuhan yang menciptakan alam raya dengan
segala yang ada didalamnya dan yang menciptakan manusia, bayangkan jika Tuhan
lebih dari satu tentunya akan saling memberikan perintah yang berbeda, itulah
mengapa sila kesatu Ketuhanan Yang Maha Esa itu menjadi “kiblat” bagi keempat
sila lainnya, oleh karena itu ditempatkan ditengah didalam perisai sendiri
berwarna alam (hitam) dalam lambang negara Indonesia yang berbentuk nur cahaya
bintang bersudut lima, sedangkan keempat sila lainnya menempati empat bidang
ruang yang berwarna merah putih dalam perisai besar sebagai representasi negara
Indonesia dengan benderanya berwarna merah putih, keempat sila itulah yang
harus direalisasikan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, bermasyarakat dan berhukum oleh manusia-manusia yang mengaku
berwarga negara Indonesia yang berkemanusian yang adil dan beradab,
berpersatuan dalam keragaman dan keragaman dalam persatuan untuk mewujudkan
berkerakyatan (demokrasi) dengan hikmah kebijaksanaan serta mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan jiwa yang mendasarkan
pada nilai-nilai universal (asma ul husna) dengan mengacu kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa itulah Tuhan menciptakan manusia menjadi satu umat yang
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, tetapi sesungguhnya berasal dari yang satu
dan diperintahkan oleh Tuhan untuk saling berhubungan dan saling kenal mengenal
satu sama lain, itulah esensi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan untuk secara bersama menegakkan
keadilan dan kebenaran serta kemaslahatan bersama sebagai sebuah negara
kebangsaan yang bernama Indonesia.
"Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan
dari padanya Allah menciptakan isterinya dan dari keduanya Allah
mengembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain
dan (peliharalah) hubungan silahturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha Mengenal,
mengapa Tuhan menyuruh manusia untuk melihara hubungan silahturahim dan supaya
saling kenal mengenal, karena sesungguhnya Tuhan telah menciptakan manusia itu
berdasarkan fitrah-Nya, maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada sistem
(dien) Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan
atas fitrah Allah itulah sistem (dien) yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui, mengapa demikian, karena tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing- masing, Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya, oleh karena itu diperintahkan orang-orang beriman bertaqwa kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Dalam konteks Indonesia, bahwa
mewujudkan kelima sila dari Pancasila adalah bagian dari jihad umat untuk
mewujudkan negara hukum yang berdemokrasi konstitusional berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 ayat 3, jo Pasal 1 ayat 2 jo Pasal 29
ayat (1) UUD 1945) atau Nomokrasi, Demokrasi berdasarkan Teokrasi, mengapa
harus membentuk negara Islam Indonesia lagi, sebuah pola pemikiran yang keliru
dan mengecilkan makna Islam itu sendiri yang rahmatan lil alamin, yang
seharusnya dipikirkan oleh para pemuka agama dan pemikir Islam serta para
aktivis Islam, adalah bagaimana merumuskan formulasi teks subtansi materi
muatan peraturan perundang-undangan negara itu selaras dan mengacu pada prinsip
yang ada pada teks Al-Qur’an itu sendiri sebagai sumber hukum tertinggi bagi
manusia.
Jika saat ini banyak tindak/perbuatan korupsi dan kejahatan lain yang sebagian
besar adalah dilakukan pejabat yang beragama Islam, karena mereka wudhunya
sudah “batal”, mengapa demikian, karena tiap hari ketika menghadap Allah
tangannya dicuci dengan air yang bersih dihadapan Tuhan Yang Maha Esa atau
Allah SWT, tetapi mengapa dengan tangannya pula membuat markup dana, membuat
disposisi untuk mengambil uang negara yang nota bene adalah uang rakyat atau
membuat sms untuk memfitnah orang lain, sedangkan tangannya kelak akan diminta
pertanggungjawaban, demikian juga mulutnya sering dibersihkan dengan air ketika
berwudhu dihadapan Allah SWT tetapi mengapa lewat mulutnya atau lidahnya
mengeluarkan perkataan yang tidak menyenangkan orang lain, bahkan menyebarkan
rasa kebencian dan menuduh orang lain dengan tanpa bukti, sedangkan kelak
lidahnyapun akan dipertanggungjawabkan, demikian juga hidungnya sering
dibersihkan dengan air ketika berwudhu dihadapan Allah SWT, sedangkan fungsi
hidung itu sendiri adalah untuk membedakan mana yang bau busuk dan mana
yang bau wangi, ini artinya manusia yang sering membersihkan hidungnya sebagai
bagian dari berwudhu seharusnya bisa membedakan mana tindakan yang baik dan
tindakan yang buruk terhadap orang lain, atau cermat dalam memilah tindakannya
atau dalam mengambil keputusan yang menjadi kewenangannya, demikian juga kepala
atau keningnya sering dibersihkan dengan air ketika berwudhu dihadapan Allah
SWT, didalam kepalanya ada otak untuk berpikir, tetapi mengapa otaknya atau isi
pikirannya “buruk sangka saja kepada orang lain, bahkan terhadap saudaranya
sendiri yang seiman”, demikian juga dengan telinganya sering dibersihkan
dihadapan Allah SWT ketika berwudhu, tetapi mengapa telinganya untuk
mendengarkan hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya dan apa yang didengar
disebarkan tanpa bukti alias fitnah dan mengapa dengan telinganya tak pernah
mendengarkan hal-hal yang baik untuk perkembangan dirinya, tetapi lebih banyak
mendengar hal-hal yang tak berguna, demikian juga kakinya dibersihkan
dihadapkan Allah SWT ketika berwudhu, tetapi mengapa kakinya digunakan untuk
berjalan ketempat yang dilarang oleh Allah atau melarikan diri dari perbuatan
yang pernah dilakukannya ketempat lain sekedar untuk membebaskan tanggung
jawabnya, bukankah tangan, lidah, pikiran, telinga dan kaki kelak akan
dipertanggungjawabkan dihadapan TuhanNya. Jadi ketika sebagian umat Islam
khususnya para penyelenggaran negara wudhunya saja sudah tidak dapat diwujudkan
dalam kehidupan, bagaimana pula dengan sholatnya dapat mencegah perbuatan yang
keji dan mungkar. Artinya wudhunya hanya sekedar mencuci tangan, hidung, kening
kepala, telinga dan kaki secara ritual, jika demikian maka “anak-anak TK Islam
pun bisa” itu artinya hanya terjebak dengan ritual belaka tanpa makna alias
“pepesan kosong” dihadapan Allah SWT, maka yang terjadi adalah kemunafikan.
Jadi wajar saja mengapa korupsi dan kejahatan segala bidang angkanya tinggi di
Indonesia, karena umat Islam sebagai umat mayoritas itu yang seharusnya menjadi
teladan bagi anak-anak bangsa yang lain telah menciderai perintah dan pelajaran
dari TuhanNya atau dengan perkataan lain “wudhunya batal” alias tak berfungsi
dalam kehidupan pribadinya dan juga dalam kehidupan bernegara, bermasyarakat
dan berbangsa, karena jasadnya yaitu tangan, mulut, hidung, kening, telinga dan
kaki yang sering dibersihkan itu tidak sebersih air ciptan Tuhan yang digunakan
ketika berwudhu, mengapa demikian karena telah dikotori sendiri dengan
perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah, seperti fungsi tangan adalah untuk
mengambil sesuatu dan tiap hari dibersihkan tangannya ketika berwudhu dihadapan
Allah SWT, tetapi mengapa dengan tangannya pula ia berani mengambil hak orang
lain dan membagikan kepada yang tak berhak alias korupsi, bukankah sebuah
kemunafikan dan kezaliman dihadapan Allah SWT atau pelanggaran hukum dihadapan
manusia lain, sedangkan tangannya kelak akan dimintakan pertanggungjawaban di
hadapan Allah SWT. Itulah mengapa “berbagai fenomena alam dan tingkah laku
manusia serta kesurupan masal terjadi di Indonesia, karena alam sedang
menyamakan keseimbangan atau menyamakan frekuensinya dengan dosa-dosa manusia
Indonesia yang berada diatas bumiNya, artinya semakin tinggi dosa-dosa manusia
di bumi Indonesia, maka alampun akan memberikan keseimbangan yang setimpal
dengan perbuatan manusia dalam berbagai bentuknya, seperti gunung meletus,
tsunami, gempa bumi dst sesuai dengan sunahtullahNya”.
Pertanyaannya adalah mengapa sebuah negara atau suatu bangsa mengalami
kehancuran atau dekandensi moral atau “carut marut” dalam kehidupan
berbangsanya, inilah early warning-nya: "Dan Allah telah memberikan suatu
perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezkinya
datangnya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari
nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian
(fenomena) kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri,
tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka dimusnakan azab dan mereka
adalah orang-orang yang zalim atau apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu
bangsa, maka dijadikanlah pemimpin-pemimpin mereka itu orang-orang yang
bijaksana, dan dijadikan ulama-ulama (penulis: Ilmuwan /para ahli/ pemuka
agama) mereka pemegang hukum dan peradilan, Allah jadikan harta kekayaan
(aset-aset bangsa) berada ditangan orang-orang dermawan.
Namun, jika Allah
menghendaki kehancuran suatu bangsa, maka Dia jadikan pemimpin-pemimpin mereka
itu orang-orang yang dungu dan berahlak rendah, orang-orang yang culas dan
curang menangani hukum dan peradilan, dan harta kekayaaan berada
ditangan-tangan orang yang bakhil/kikir(fasik)Katakanlah,
"Dialah yang berkuasa untuk mengirim adzab kepadamu, dari atas atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada mereka sebagian keganasan sebagian yang
lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
berganti agar mereka memahami betapa banyaknya negeri
yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya
diwaktu mereka berada di malam hari, atau diwaktu mereka beristirahat ditengah
hari oleh karena
itu jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah
Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
kebanyakan mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka
Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah dinegeri itu supaya
(menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka
sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami
hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya, maka apakah penduduk negeri-negeri itu
merasakan aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari diwaktu
mereka sedang tidur ? atau apakah penduduk negeri –negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka diwaktu matahari sepenggalan naik ketika
mereka sedang bermain ? dan apakah mereka belum jelas bagi orang-orang yang
mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kami Kami
menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci
mati hati mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi ?
Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya yang
penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi
atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana
yang tinggi, maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada maka Kami jadikan yang
demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi orang-orang
yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa, negeri-negeri
(yang telah Kami binasakan) itu Kami ceritakan sebagian dan
berita-beritanya kepadamu, dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (tidak) juga beriman
kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah
mengunci mati orang-orang kafir.
Sebenarnya Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata didalam dada orang-orang
yang diberi Ilmu. Dan tidak ada yang mengikari ayat-ayat Kami kecuali orang
yang zalim ini
adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran?Al-Qur'an
ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertqwa.Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah pedoman, petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang meyakini Dan sekiranya Allah
tiada menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi
dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah, sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (dien/Sistem/hukum)-Nya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa
Padahal salah seorang non muslim yang bernama Prof Dr Lawrence Rosen, seorang
guru besar antropologi dan Ilmu Hukum pada universitas Colombia telah
meluruskan kekeliruan persepsi dari rekan-rekan orientalis mereka selama ini tentang
sistem hukum Islam. Dalam bukunya yang best seller berjudul "The Justice
Of Islam: Comparative Perspective on Islamic Law and Society (diterbitkan oleh
Oxford University Press Tahun 2000 antara lain Profesor Dr .Lawrence Rosen
menuliskan: " Satu dari lima penduduk dunia adalah orang yang
seyogianya tunduk dan patuh kepada syariat Islam, tetapi stereotip yang
masih menyebar adalah persepsi yang salah tentang syariat Islam itu, yang
seolah-olah hanya menonjolkan betapa kaku dan ganasnya hukum Islam itu.
Bagaimana pula dimata budayawan di tanah Jawa, sebagaimana disitir Tempo.co menyatakan, bahwa Pendeklarasian Joko
Widodo alias Jokowi menjadi calon presiden yang dilakukan pada Jumat, 14 Maret
2014, mendapat perhatian komunitas budayawan Eling Handarbeni Hangrungkepi
Upaya Madya (Edhum) Kediri. Pemilihan hari pendeklarasian dianggap tepat karena
memiliki perlambang wuku tunggak semi, yang berarti kekuatan
baru.Dalam diskusi yang digelar di Jalan Doho, Kediri, Jumat malam, 14 Maret
2014, atau beberapa jam seusai pendeklarasian Jokowi, sejumlah budayawan Jawa
dan Tionghoa dalam komunitas Edhum menganalisis momentum tersebut dari sudut
pandang wuku. Wuku adalah perlambang sifat-sifat manusia yang
dilahirkan pada hari-hari tertentu, seperti layaknya horoskop atau
perbintangan. "Kita cocokkan antara tanggal kelahiran Jokowi dan hari
deklarasinya," kata Sutjahjo Gani, salah satu budayawan Edhum. Hari Jumat Pahing, saat Jokowi mengumumkan deklarasinya,
memiliki wuku tunggak semi. Dalam Kalender Pawukon yang memiliki
rentang waktu pembacaan 200 tahun, kata dia, tunggak semi adalah wuku
yang sangat bagus. Tunggak semi, yang dalam Bahasa Indonesia berarti
tumbuh tunas, memiliki makna kemunculan kekuatan baru yang tak bisa dikalahkan.
Meski ditebas berkali-kali, kekuatan ini akan terus tumbuh dan muncul ke
permukaan.
Budayawan yang juga keturunan pemilik penerbit buku tertua di Indonesia, Tan Khoen Swie, ini melanjutkan, wuku tersebut sangat bersinergi dengan hari kelahiran Jokowi, Rabu Pon, 21 Juni 1961, yang memiliki banyak keunggulan. Menurut dia, orang yang lahir pada waktu itu memiliki watak seorang guru, menyukai ilmu pengetahuan, dan senang menjadi tempat pengungsian saudara atau suka menolong. Perlambang Jokowi lainnya adalah jika dia memiliki keinginan, maka akan terpenuhi.
Budayawan yang juga keturunan pemilik penerbit buku tertua di Indonesia, Tan Khoen Swie, ini melanjutkan, wuku tersebut sangat bersinergi dengan hari kelahiran Jokowi, Rabu Pon, 21 Juni 1961, yang memiliki banyak keunggulan. Menurut dia, orang yang lahir pada waktu itu memiliki watak seorang guru, menyukai ilmu pengetahuan, dan senang menjadi tempat pengungsian saudara atau suka menolong. Perlambang Jokowi lainnya adalah jika dia memiliki keinginan, maka akan terpenuhi.
Budayawan Edhum lainnya, Bardi
Agan, mengatakan wuku Jokowi ini memiliki kelemahan terhadap unsur
besi. Unsur besi, menurut pengajar Universitas Nusantara PGRI Kediri ini,
memiliki banyak makna. Ketika terpilih nanti, Jokowi mungkin akan menghadapi
kuatnya kelompok parlemen atau kekuatan lain yang bertangan besi. "Atau
bisa juga besi diartikan militer," kata Bardi. Namun demikian, Bardi
menegaskan hal ini hanyalah pembacaan penanggalan berdasarkan ilmu kitab kuno.
Sebab, pada dasarnya watak seseorang terdiri atas dua hal, yakni watak dasar,
yang dimiliki sejak lahir, dan watak ajar, yang dibentuk oleh proses belajar.
Teori penanggalan ini, menurut Bardi, sudah teruji selama bertahun-tahun dan diakui khalayak ramai.
0 komentar:
Posting Komentar